Menghormati Ramadan Tanpa Razia Warung Makan

Bulan Ramadan telah tiba, bulan penuh berkah yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di bulan suci ini, umat Islam menjalankan ibadah puasa, salat tarawih, dan berbagai amalan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadan juga kerap diwarnai dengan fenomena razia warung makan yang buka pada siang hari oleh Satpol PP atau organisasi masyarakat.

Fenomena ini menuai pro dan kontra. Di satu sisi, ada anggapan bahwa warung makan yang buka siang hari dianggap tidak menghormati orang yang berpuasa. Di sisi lain, banyak yang mempertanyakan apakah razia semacam ini benar-benar diperlukan, terutama mengingat kompleksitas situasi dan kebutuhan masyarakat.

Menanggapi hal ini, Buya Yahya, ulama terkemuka dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, memberikan pencerahan. Menurutnya, merazia warung makan yang buka siang hari selama Ramadan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. “Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar itu wajib, tetapi harus dilakukan dengan ilmu,” tegas Buya Yahya dalam salah satu ceramahnya di kanal YouTube Al-Bahjah TV.

Buya Yahya menjelaskan bahwa tidak semua warung makan yang buka siang hari selama Ramadan melanggar aturan agama. Misalnya, warung makan yang berada di lintasan musafir (orang yang sedang dalam perjalanan) diperbolehkan buka karena musafir termasuk golongan yang diperbolehkan tidak berpuasa. “Orang musafir itu adalah orang yang diperbolehkan tidak puasa. Jadi, warung makan di area tersebut tidak boleh dirazia,” jelasnya.

Namun, Buya Yahya juga mengingatkan bahwa jika ada warung makan yang sengaja melayani orang-orang yang seharusnya berpuasa, seperti warga sekitar yang tidak memiliki uzur syar’i, maka hal itu perlu diingatkan. “Kalau ada warung makan yang melayani tetangganya yang seharusnya berpuasa, berarti dia mengajak kepada kemaksiatan. Tapi, tidak harus langsung dirazia. Bisa diingatkan dulu,” ujarnya.

Baca Juga  Saat Masyarakat Iran Hidup Damai Berdampingan dalam Perbedaan Agama dan Mazhab…

Buya Yahya menekankan pentingnya pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih sayang dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. “Islam itu indah. Menggabungkan akal cerdas, kasih sayang, dan kemaslahatan. Jangan sampai kita grudak-gruduk (bertindak kasar) dalam menegakkan kebenaran,” pesannya.

Mengedepankan Edukasi daripada Razia

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa tidak semua penjual warung makan memahami betul hukum agama terkait hal ini. “Berdasarkan pengalaman, ada penjual yang tidak mengetahui bahwa buka warung makan siang hari di Ramadan bisa dianggap dosa. Jadi, langkah pertama adalah edukasi, bukan langsung razia,” jelasnya.

Namun, jika setelah diingatkan berkali-kali warung makan tersebut tetap bandel, Buya Yahya mengatakan bahwa tindakan tegas seperti razia boleh dilakukan. “Kalau ada orang yang kurang ajar dan terang-terangan melanggar aturan, bahkan penjualnya sendiri tidak berpuasa, maka bolehlah diberikan ketegasan,” ujarnya.

Ramadan sebagai Bulan Kasih Sayang

Buya Yahya mengajak semua pihak, baik Satpol PP, ormas, maupun masyarakat umum, untuk menjadikan Ramadan sebagai bulan yang penuh kasih sayang dan kemaslahatan. “Ramadan adalah bulan yang mulia. Mari kita isi dengan hal-hal yang positif, saling menghormati, dan menghindari tindakan yang justru menimbulkan ketegangan,” pesannya.

Dengan pendekatan yang bijaksana, diharapkan Ramadan tahun ini bisa berjalan dengan lancar, penuh berkah, dan jauh dari konflik yang tidak perlu. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari nasihat Buya Yahya dan menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan.

Editor: Gusriawan S Wahid