Oleh: Muhammad Torieq Abdillah
Pasar Wadai menjadi salah satu ciri khas yang menandakan datangnya bulan Ramadan di Banjarmasin. Pasar yang menjual berbagai jenis ‘wadai’ atau kue khas Banjar ini, telah menjadi tradisi yang diselenggarakan untuk ke-32 kalinya tahun ini. Wadai yang dijual di pasar ini biasanya menjadi pilihan takjil saat berbuka puasa. Event tahunan yang digelar oleh Pemerintah Kota Banjarmasin ini berlangsung di lokasi-lokasi strategis, seperti Siring Menara Pandang Sungai Martapura, depan Balaikota, depan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, dan tahun ini bertempat di depan bekas Kantor Gubernur Kalsel.
Wali Kota Banjarmasin 2016-2025, Ibnu Sina, menyebutkan bahwa di Pasar Wadai, pengunjung bisa menemukan sekitar 41 jenis wadai khas Banjar yang sulit ditemukan di tempat lain. Hal ini menjadikan pasar ini sebagai sarana promosi budaya kuliner Banjar yang hanya muncul selama Ramadan. Di pasar ini, lebih dari 150 pedagang berpartisipasi, dan beberapa lokasi lain juga menyelenggarakan Pasar Wadai meskipun tidak selengkap yang ada di tempat utama.
Pasar Wadai bukan hanya sekadar tradisi Ramadan, namun juga menjadi berkah bagi pedagang yang memanfaatkan momentum ini untuk berjualan. Selain warga Muslim, masyarakat non-Muslim juga ramai mengunjungi pasar untuk menikmati aneka kuliner takjil. Bahkan, tahun lalu, terjadi tren unik di mana masyarakat Muslim dan non-Muslim saling berburu takjil dalam semangat kebersamaan.
Lebih dari sekadar tempat berjualan, Pasar Wadai turut mendukung program pemerintah dengan menyediakan ruang bagi UMKM untuk berkembang. Pasar ini menjadi titik temu antara ekonomi, budaya, dan agama dalam satu acara. Selain menawarkan berbagai hidangan, Pasar Wadai juga menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat yang berbuka puasa bersama.
Untuk menambah semarak suasana Ramadan, berbagai acara hiburan Islami juga digelar di sini, dengan fasilitas musala yang memadai bagi pengunjung yang ingin menunaikan salat. Pasar Wadai, dengan segala keragamannya, menjadi pusat aktivitas yang menggabungkan nilai keagamaan, budaya, dan ekonomi.
Sumber: Antara News Kalsel