Perhelatan Academy Awards ke-97 atau Oscar 2025 tidak hanya menjadi ajang penghargaan bagi karya-karya sinematik terbaik, tetapi juga menjadi panggung untuk menyuarakan pesan perdamaian dan kemanusiaan. Salah satu momen paling mengharukan terjadi ketika film dokumenter No Other Land (2024) dinobatkan sebagai pemenang dalam kategori Film Dokumenter Terbaik. Film ini tidak hanya membawa pulang piala Oscar, tetapi juga menjadi suara kuat yang menyoroti penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel.
No Other Land adalah hasil kolaborasi antara sineas, aktivis, dan jurnalis dari Palestina dan Israel. Film ini mengisahkan kehidupan komunitas Palestina di Tepi Barat, khususnya di wilayah Masafer Yatta, yang harus berjuang melindungi rumah mereka dari pembongkaran dan pendudukan militer Israel. Melalui lensa kamera, film ini menggambarkan realitas pahit yang dialami warga Palestina selama beberapa dekade.
Dalam pidato penerimaan penghargaan, sutradara Basel Adra, seorang jurnalis dan aktivis Palestina, menyampaikan harapannya untuk masa depan yang lebih baik.
“Sekitar dua bulan yang lalu, saya menjadi seorang ayah. Harapan saya untuk putri saya adalah dia tidak perlu menjalani kehidupan seperti yang saya alami sekarang – selalu hidup dalam ketakutan akan kekerasan pemukim, penghancuran rumah, dan pemindahan paksa yang dihadapi komunitas kami setiap hari di bawah pendudukan Israel,” ujar Adra, dikutip dari kanal Youtube Deadline Hollywood.
Yuval Abraham, sutradara asal Israel yang turut terlibat dalam pembuatan film ini, juga menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya persatuan.
“Ketika saya melihat Basel, saya melihat saudara saya. Namun, kami tidak setara. Saya hidup di bawah hukum sipil, sementara Basel hidup di bawah hukum militer yang menghancurkan hidupnya. Ada jalan lain – solusi politik tanpa supremasi etnis, dengan hak nasional untuk kedua bangsa kami,” kata Abraham, seperti dilansir The Guardian.
Abraham juga mengkritik kebijakan luar negeri yang menghalangi perdamaian. Menurutnya, Israel tidak akan pernah benar-benar aman jika Palestina tidak bebas dan aman. “Bangsa saya (Israel) tidak akan pernah benar-benar aman jika bangsanya Basel (Palestina) tidak benar-benar bebas dan aman. Ada cara lain, dan tidak terlambat untuk memilih kehidupan bagi yang masih hidup,” tambahnya.
Dukungan Global untuk Palestina
Kemenangan No Other Land di Oscar 2025 tidak hanya menjadi momen bersejarah bagi para pembuat film, tetapi juga menjadi panggung bagi selebritas Hollywood untuk menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Aktor Guy Pearce, misalnya, muncul di karpet merah dengan mengenakan pin bertuliskan “FREE PALESTINE” yang menampilkan burung merpati putih dan cabang pohon emas. Pearce, yang telah konsisten menyatakan dukungannya sepanjang musim penghargaan, mengatakan, “Itulah hal paling kecil yang bisa kami lakukan. Saya selalu berusaha untuk mengakui Palestina dan mendapatkan dukungan sebanyak mungkin karena itulah yang benar-benar dibutuhkan,” tuturnya, seperti dilansir The Times of Israel.
Pesan Perdamaian yang Menggema
No Other Land bukan sekadar film dokumenter, tetapi juga menjadi suara perlawanan terhadap perang dan ketidakadilan. Film ini mengingatkan dunia bahwa perang hanya membawa rasa sakit, perpecahan, kerusakan, dan kehancuran. Seperti yang diungkapkan oleh Yuval Abraham, “Karena bersama-sama suara kita lebih kuat. Kita melihat satu sama lain bahwa kehancuran yang mengerikan di Gaza dan penduduknya harus diakhiri.”
Pesan perdamaian yang disampaikan melalui No Other Land juga sejalan dengan karya-karya seni dan sastra lainnya yang menolak perang. Sejak era 1970-an, fotografer Nick Ut mengabadikan penderitaan anak-anak dalam perang melalui foto The Girl in the Picture. Penulis seperti Frances Hodgson Burnett dan Kate DiCamillo juga menyisipkan pesan penolakan perang dalam novel-novel mereka. Bahkan, musisi seperti John Lennon dan Bob Dylan telah menciptakan lagu-lagu yang menjadi himne perdamaian dunia.
Langkah Menuju Perdamaian
Kemenangan No Other Land di Oscar 2025 menjadi langkah penting dalam menarik perhatian dunia terhadap konflik Palestina-Israel. Film ini tidak hanya mengangkat suara rakyat Palestina, tetapi juga menunjukkan bahwa kolaborasi antara dua bangsa yang bertikai dapat menghasilkan karya yang membawa pesan perdamaian. Seperti yang diungkapkan oleh Yuval Abraham, “Kita melihat satu sama lain bahwa kehancuran yang mengerikan di Gaza dan penduduknya harus diakhiri.”
Dunia perlu mendengarkan suara-suara ini dan mengambil tindakan serius untuk menghentikan ketidakadilan dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina. Seperti yang diharapkan oleh Basel Adra, semoga generasi mendatang tidak perlu mengalami penderitaan yang sama. Perdamaian bukanlah mimpi yang mustahil, tetapi pilihan yang harus diwujudkan bersama.