Tahun Baru Hijriah 1446 H menjadi momen yang tepat bagi umat Islam untuk merenungkan kembali sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Peristiwa hijrah, yang menjadi tonggak awal penanggalan Islam, bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga transformasi besar dalam sejarah Islam. Bersamaan dengan itu, bulan Muharram juga diistimewakan dengan adanya puasa Asyura, menambah kekhususan bulan pertama dalam kalender Hijriah ini.
Sejarah Tahun Baru Hijriah
Penetapan Tahun Baru Hijriah dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Islam pertama yang berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan.
Kalender Hijriah sendiri ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, sekitar 17 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Keputusan ini diambil untuk mengatur administrasi negara yang semakin kompleks dan meluas. Pemilihan peristiwa hijrah sebagai awal penanggalan menunjukkan betapa pentingnya makna hijrah dalam sejarah Islam.
Refleksi Hijrah dalam Kehidupan Modern
Memasuki tahun 1446 H, umat Islam diajak untuk merefleksikan makna hijrah dalam konteks kehidupan modern. Hijrah bukan hanya tentang perpindahan fisik, tetapi juga transformasi spiritual dan moral. Ini adalah perjalanan dari kegelapan menuju cahaya, dari kebodohan menuju ilmu, dan dari keburukan menuju kebaikan.
Di era digital yang penuh tantangan, makna hijrah menjadi semakin relevan. Umat Islam dituntut untuk “berhijrah” dari kebiasaan buruk yang merugikan, seperti kecanduan media sosial atau perilaku intoleran, menuju perilaku yang lebih positif, produktif, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Momentum Evaluasi dan Pembaruan Diri
Tahun Baru Hijriah adalah waktu yang tepat untuk introspeksi, mengakui kesalahan masa lalu, dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti Nabi Muhammad SAW yang memulai lembaran baru di Madinah, umat Islam juga diajak untuk memulai lembaran baru dalam kehidupan mereka.
Pentingnya Persatuan dan Kerjasama
Hijrah juga mengajarkan pentingnya persatuan dan kerjasama. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW berhasil menyatukan kaum Muhajirin (pengikut dari Mekah) dan Anshar (penduduk asli Madinah) dalam ikatan persaudaraan yang kuat. Ini mengajarkan bahwa perbedaan latar belakang bukanlah penghalang untuk membangun masyarakat yang harmonis.
Puasa Asyura: Tradisi dan Hikmah
Bersamaan dengan datangnya Tahun Baru Hijriah, umat Islam juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini memiliki sejarah yang menarik dan mengandung hikmah yang mendalam.
Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura sebagai rasa syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun. Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda bahwa umat Islam lebih berhak mengikuti teladan Nabi Musa AS dan memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa pada hari tersebut.
Hikmah Puasa Asyura
Puasa Asyura memiliki banyak hikmah, di antaranya:
1. Rasa Syukur: Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT, khususnya nikmat keselamatan dan kebebasan dari penindasan.
2. Pelajaran Kebenaran: Mengingatkan kita pada perjuangan para nabi dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
3. Solidaritas Antaragama: Menunjukkan sikap inklusif Islam terhadap tradisi agama lain yang sejalan dengan ajaran tauhid.
4. Pengendalian Diri: Mengajarkan pengendalian diri dan kesabaran dalam menghadapi godaan dan tantangan.
5. Empati Terhadap yang Kurang Beruntung: Membantu menumbuhkan empati terhadap mereka yang kekurangan dengan merasakan lapar dan haus.
Menghayati Makna Hijrah dan Puasa Asyura dalam Kehidupan Modern
Memasuki tahun 1446 H, umat Islam diajak untuk menghayati makna hijrah dan puasa Asyura dalam kehidupan modern. Hijrah bisa dimaknai sebagai upaya terus-menerus untuk memperbaiki diri dan lingkungan, seperti menjaga kebersihan atau aktif dalam kegiatan sosial. Semangat puasa Asyura bisa diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama, terutama yang kurang beruntung.
Momentum untuk Memperkuat Persatuan
Tahun Baru Hijriah dan puasa Asyura juga menjadi momen yang tepat untuk memperkuat persatuan umat Islam dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pemeluk agama lain. Ini bisa dilakukan melalui dialog antar iman, kerjasama dalam proyek-proyek sosial, atau saling menghormati hari-hari besar keagamaan.
Penutup
Peringatan Tahun Baru Hijriah 1446 H dan puasa Asyura bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi kesempatan untuk memperbaharui komitmen kita sebagai umat Islam dan sebagai bagian dari masyarakat global. Dengan merenungkan sejarah, merefleksikan diri, dan mengambil hikmah dari peristiwa ini, umat Islam dapat menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat, berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih adil, damai, dan sejahtera.
Semoga semangat hijrah dapat menginspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, seperti Nabi Muhammad SAW yang berhasil mengubah Madinah menjadi masyarakat yang berkeadilan. [AM. Amir][kalosara.id]
Tim Redaksi Badamai