Banjarbaru. Beragam media sosial sejak kemarin (28/05/2024) hingga sekarang dibanjiri dengan postingan maupun tagar “All Eyes on Rafah” yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “Semua Mata Tertuju ke Rafah”. Lantas, apakah maksud dari seruan tersebut serta latar belakang munculnya seruan tersebut?
Konteks All Eyes on Rafah
Serangan tentara zionis Israel yang terjadi dalam setahun terakhir ini menarik dan mengetuk hati dan simpatik masyarakat dunia. Serangan yang layak disebut sebagai serangan genosida tersebut, menewaskan banyak korban bahkan melibatkan di dalamnya para perempuan dan anak-anak hingga bayi. Rumah Sakit dan Kamp-Kamp Pengungsian turut menjadi incaran dari kekejaman serangan tentara zionis Israel.
All Eyes on Rafah adalah ajakan untuk menyadarkan dunia tentang Rafah, yaitu sebuah kawasan pengungusian bagi warga Palestina. Dilansir dari suaramuhammadiyah, Seruan ini hadir setelah tragedi 26 Mei 2024 atas serangan udara yang dilakukan Israel di Rafah. Pasca serangan tersebut 37 orang tewas dalam serangan yang berlangsung pada Senin malam (27/5/2024) hingga Selasa pagi (28/5/2024). Tujuh korban di antaranya sedang berada di tenda-tenda yang letaknya di sebelah tenda Perserikatan Bangsa-Bangsa atau sekitar 200 meter dari lokasi kebakaran yang terjadi pada Minggu (26/5/2024).
Gemuruh Media Sosial
Sama seperti gerakan “Semangka” yang telah lebih dulu digunakan sebagai cerminan dari bentuk maupun sikap perlawanan terhadap kekejaman genosida yang terjadi di Palestina khusunya warga Gaza, All Eyes on Rafah mempunyai semangat yang sama untuk mengajak dan menyadarkan dunia tentang apa yang terjadi di Rafah. Beragam karya berupa poster banyak membanjiri media sosial disertai dengan #AllEyesOnRafah. Salah satu karya yang paling populer yang menjadi template tersendiri di media sosial Instagram adalah sebuah karya AI buatan warga negara Malaysia dengan nama akun shahv4012 yang menggambarkan barisan tenda-tenda yang berada di sekeliling tulisan ALL EYES ON RAFAH. Karya lain juga memfokuskan pada Netanyahu Perdana Menteri Israel dengan memplesetkan namanya menjadi “Satanyahu” yang muncul akibat pernyataannya bahwa serangan di Rafah merupakan kesalahan tragis, yang padahal pada Februari lalu, dia lah yang menyerukan kepada warga Palestina untuk mengungsi ke Rafah dengan alasan agar tidak terkena sasaran target pasukan Zionis Israel yang ingin memfokuskan ke Hamas.
Dunia kini harus memfokuskan tatapannya ke Rafah. Rafah menjadi pelajaran bahwa ditengah gempuran konflik yang terjadi, warga Gaza mampu mencerminkan sikap ketahanan yang luar biasa di tengah puing-puing konflik dan gejolak politik yang terjadi. All Eyes on Rafah adalah sebuah pesan dari keinginan seluruh dunia tentang perdamaian yang diimpikan untuk dapat dirasakan semua penduduk Bumi ini.
Penulis: Gusriawan S Wahid