Melihat Respons Masyarakat Indonesia terhadap Agresi Israel ke Palestina

Penulis: Muhammad Torieq Abdillah

 

Sejak agresi Israel ke Palestina pada 7 Oktober 2023, Indonesia salah satu negara yang merespons keras serangan yang dilancarkan ke Gaza, Palestina. Aksi yang dilakukan Indonesia melalui pemerintah dan warga sipil dilakukan secara aktif dan pasif.

Jika melihat survei GoodStats tentang Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel, sebanyak 68,1% merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina. Solidaritas yang diberikan terbilang beragam, antara melakukan boikot terhadap produk yang dimiliki atau terafiliasi dengan Israel; memberikan dukungan moral kepada korban di Palestina; hingga memberikan bantuan material dan barang.

Jawaban kedua sebanyak 55,3% ikut memberi tekanan kepada Israel. Sejak akhir 2023 lalu, masyarakat Indonesia melalui gerakan online melakukan serangan di media sosial terhadap pasukan tentara Israel, yaitu Israel Defense Forces (IDF). Serangan yang dilakukan berupa spam dan blokir serta doxing terhadap akun dan data pribadi pasukan IDF. Selain itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga memberikan pernyataan secara terbuka bahwa kebijakan yang dilakukan Israel ke Palestina merupakan pelanggaran hukum Internasional.

Begitu juga dengan alasan agama dan keyakinan yang menyumbangkan 30% suara. Sebab menurut umat Islam, apa yang dilakukan Israel ke Palestina tidak hanya secara umum tentang kemanusiaan, politik, dan ekonomi, tetapi juga ideologi secara teologi karena kesamaan Indonesia dan Palestina yang sama-sama mayoritas beragama Islam. Terlebih jika di Palestina terdapat Mesjid al-Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam. Namun, tidak hanya bagi umat Islam, Yerussalem yang merupakan bagian dari Palestina juga merupakan tempat suci bagi umat Kristen yang juga mendapatkan solidaritas dari umat Kristen di Indonesia.

Baca Juga  Moderasi dan Toleransi dalam Islam: Sebuah Tafsir atas Makna Tawasuth dan Tasamuh

Kemudian sebanyak 4,2% masyarakat ternyata hanya fomo atau fear of missing out alias takut ketinggalan atau kehilangan momen yang juga disebut hanya ikut-ikutan. Hal ini bisa disebabkan karena adanya pengaruh media sosial yang membuat sebagian kecil masyarakat yang sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi di Palestina. Akan tetapi, ternyata hanya ikut-ikutan melakukan pemboikotan.

Sisanya sebanyak 19,5% menjawab dengan berbagai jawaban. Namun, ragam produk paling banyak diboikot masyarakat Indonesia ada 4, yaitu makanan dan minuman; pakaian dan aksesoris; produk kecantikan dan kesehatan; teknologi dan elektronik; dan sisanya lainnya.

81,5% makanan dan minuman merupakan produk yang diboikot karena merupakan kebutuhan primer. Selain itu, banyak perusahaan besar yang ternyata terafiliasi dengan Israel, baik sebagai penyumbang dana maupun pendukung Israel.

Pakaian dan aksesoris menyumbang 33,3% produk yang diboikot. Meskipun sebenarnya kebanyakan produk fesyen bukan milik Israel, tetapi mereka secara tidak langsung terafiliasi dengan Israel, terlebih produk tersebut berasal dari negara-negara Barat.

Kemudian, 31,7% merupakan produk kecantikan dan kesehatan. Sama seperti pakaian dan aksesoris, produk-produk ini sebenarnya juga terafiliasi, bukan secara langsung berasal dari Israel.

Terakhir 11,2% merupakan produk teknologi dan elektronik yang secara persentase paling sedikit karena pada dasarnya, produk-produk teknologi dan elektronik yang ada di Indonesia merupakan buatan Asia juga, terutama dari Asia Timur seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.

 

Sumber: goodstats.id dan kemlu.go.id