Oleh: Muhammad Torieq Abdillah
Apa yang terjadi di Palestina sejak serangan 7 Oktober 2023, terkhusus serangan di Gaza dan Rafah, menimbulkan reaksi serius di dunia internasional. Meskipun berpuluh-puluh tahun Palestina terus digempur Israel, tetapi sejak serangan 7 Oktober 2023, cukup banyak perbedaan yang dirasakan. Mulai dari boikot produk yang terafiliasi dengan Israel, respons dari negara tetangga Palestina, hingga dukungan penuh dari mayoritas negara anggota PBB untuk kemerdekaan Palestina.
Pada sidang Majelis Umum PBB pada awal Mei 2024, 143 dari 193 anggota negara PBB menyatakan dukungannya untuk Palestina. Meskipun pada akhirnya, lagi-lagi suara mayoritas ini tidak dapat menjadikan Palestina sebagai negara merdeka karena di situ Amerika Serikat memiliki hak veto yang mana suaranya menolak kemerdekaan Palestina.
Tidak lama berselang, pada 22 Mei 2024, Norwegia berkoordinasi dengan Irlandia dan Spanyol yang menyatakan diri mendukung penuh kemerdekaan Palestina secara resmi. Menurut Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, langkah ini merupakan “mendukung kekuatan moderat yang mengalami kemunduran dalam konflik yang kejam dan berkepanjangan”. Adapun Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, mengatakan bahwa “Keputusan hari ini (22 Mei 2024) untuk mengakui negara Palestina diambil untuk menciptakan masa depan yang damai.” Sedangkan, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez juga mengatakan “Langkah ini tidak bermaksud mendukung Hamas, sesuatu yang sudah kami katakan sebelumnya. Pengakuan ini tidak melawan siapa pun, melainkan untuk mendukung perdamaian dan hidup berdampingan.”
Baik Norwegia, Irlandia, maupun Spanyol sebenarnya tidak memiliki solusi lain selain menjadikan dua negara yang berkonflik ini agar hidup berdampingan. Akan tetapi, disebabkan keadaan, mengakui Palestina secara sepihak juga menjadi cara ideal tanpa mencolokkan bahwa Israel secara tidak langsung juga mereka akui.
Terakhir, awal Juni 2024, secara terpisah dari Norwegia, Irlandia, dan Spanyol, negara Eropa lainnya yang mengakui kemerdekaan Palestina ialah Slovenia. Melalui Perdana Menteri Slovenia, Robert Golob, ia menyerukan bahwa ini merupakan pesan perdamaian bagi Palestina dan bendera Palestina telah dikibarkan di samping bendera Slovenia dan Uni Eropa sebagai bentuk simbolis. Kabar lainnya, negara Eropa lainnya, yaitu Malta, akan ikut menyusul langkah 4 negara ini, meskipun belum ada waktu pasti.
Dengan demikian, dari yang awal hanya 143 negara anggota PBB yang mengakui Palestina, kini bertambah menjadi 147 negara anggota PBB.
Tim Redaksi Badamai